“Kalu di Merapi ni la jarang warga bertani Kopi, karena selain cuaca yang tidak lagi dingin, faktor masuk nya perusahaan Batubara menjadi pilihan masyarakat untuk beralih profesi,”ujarnya.
Dijelaskannya, sebelum perusahaan Tambang masuk hampir seluruh masyarakat desa berprofesi sebagai petani salah satunya berkebun Kopi, karena suhu udara panas tida seperti saat ini. “Kalu dulu lahan masih Rimba jadi udara dingin, tapi sekarang banyak dibuka untuk menambang Batubara sehingga banyak lahan digusur salah satunya kebun Kopi,”ucapnya.
Sementara itu, Syahwan (40) petani dikecamatan Kota Agung menuturkan, masih mempertahan kan profesi sebagai petani Kopi karena selain cuaca yang masih mendukung faktor produksi dan jual nya pun masih berkisar Rp.19 ribu hingga Rp.22ribu untuk biji Kopi kering dan kualitas bagus.
“Kalu mengeringkan kami jemur diapangan, dan menggiling Kopi hingga halus diupahkan dengan tarif Rp.3000 Sekilo. Bertahan menjadi petani meskipun panennya hanya sekali setahun,”jelasnya.
Ditambahkannya, untuk penjualan biasanya para petani menjual dengan pengepul dengan harga tergantung pada kualitas dan konsidisi biji Kopi. Jika musim hujan tentu petani tidak bisa melakukan penjemuran dan sudah pasti mempengaruhi kualitas Kopi tersebut. “Jika Kopi lambat dijemur tentu mempengaruhi kualitas, karena Kopi yang kering biasanya memiliki cita rasa yang bagus,”pungkasnya.(man)
http://www.radar-palembang.com/petani-kopi-banyak-beralih-profesi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar